Nabi Isa diutus oleh Allah SWT untuk membenahi kaum Bani Israel yang hidupnya sangat kufur. Semua ajaran Nabi Musa AS yang hidup sekian abad sebelumnya dikoyak-koyak dan diputarbalikkan sedemikian rupa, sehingga yang halal menjadi haram, dan yang haram menjadi halal. Kitab suci Taurat yang seharusnya menjadi panutan malah mereka buang jauh-jauh, sehingga perilaku mereka benar-benar keterlaluan. dan oleh karena itu harus dibenahi.
Tapi, ternyata tugas kenabian tidaklah mudah. Nabi Isa AS – yang
memang lahir tanpa ayah biologis, sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan
Allah SWT – dijadikan bahan ejekan oleh Bani Israel sebagai “anak haram”. Mereka tidak mengakuinya sebagai Nabi. Mana mungkin seorang “Anak Haram” bisa menjadi utusan Tuhan,”
kata mereka. Dari sini saja sudah tampak betapa Bani Israel, yang tiada
lain adalah kaum Yahudi, memang tidak mengakui kebesaran dan kekuasaan
Allah SWT. Mereka lupa, Nabi Adam AS justru dilahirkan tanpa proses
“Cinta” antara suami-istri. Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dari
segumpal tanah dengan meniupkan roh.
Sejak masih bayi, Nabi Isa AS telah menunjukkan mukjizat Allah SWT.
Begitu lahir ia sudah membela ibunya Maryam, yang ketika itu selalu
disudutkan oleh Bani Israel – dengan mencurigainya telah berselingkuh
dengan seorang lelaki. Maka kata Nabi Isa . “Aku memang hamba Allah,
ia memberiku sebuah Alkitab dan menjadikan aku seorang Nabi. Ia
menjadikan aku diberkati dimanapun aku berada.”
Ia juga menjelaskan tugas kenabiannya. “Aku diperintahkan menjalankan shalat, menunaikan zakat selama hidup, dan berbakti kepada ibuku. Dia tidak menjadikan aku sebagai orang yang sombong atau durhaka. Selamatlah diriku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan mati, dan pada hari aku dibangkitkan kembali” (QS 16: 30-33).
Ketika menginjak usia remaja, Nabi Isa AS dibawa oleh Maryam ke
Baitulmaqdis, rumah suci yang telah membesarkan sang ibu di bawah asuhan
Nabi Zakaria AS. Seperti halnya ibundanya, Nabi Isa AS menapaki
hari-harinya di Baitulmaqdis dengan menimba ilmu dari para guru agama
yang silih berganti mendatangi Baitulmaqdis.
Bukan secara kebetulan jika Nabi Isa hidup ketika Bani Israel tengah
berada dalam kehidupan yang penuh maksiat dan dosa. Pada masa itu, para
pemimpin agama yang seharusnya memimpin dan melindungi malah memeras
umat dengan cara minta sedekah yang jumlahnya cukup besar. Menurut
mereka, semakin besar orang memberi sedekah, semakin dia dicintai Tuhan.
Tak menherankan jika umat jadi amburadul karena tiadanya pembimbing
rohani.
Fitnah Keji
Suatu hari, ketika mencapai usia 30 tahun, bersama sang ibu, Nabi Isa AS pergi ke Bukit Zaitun –
sebuah bukit yang menjadi saksi beberapa peristiwa kenabian. Di
sanalah, melalui peristiwa yang amat menggetarkan, Nabi Isa AS menerima
wahyu dari Allah SWT berupa kitab suci Injil, sebagai pertanda bahwa ia
telah diangkat sebagai Nabi. “Ibu, hamba telah di utus oleh Allah ke
Bani Israel. Untuk menjalankan tugas ini hamba harus melalui jalan yang
penuh perjuangan, penderitaan, dan kesewenang-wenangan. Oleh karena itu
harap maklum jika hamba tidak selalu dapat mendampingi dan melayani
ibu,” katanya.
“Sejak engkau masih dalam kandungan, ibu sudah mengetahui tugas yang
akan engkau laksanakan,” jawab sang ibu. “Maka agungkanlah nama
Tuhanmu.”
Firasat Nabi Isa AS bahwa perjuangannya akan penuh penderitaan,
ternyata benar, meski sudah menunjukkan, bahkan membuktikan, ia adalah
seorang Nabi, Bani Israel tetap saja tidak mau percaya. Mereka bahkan
menolak dan melancarkan fitnah keji, dengan menuding bahwa bahwa Isa
adalah Nabi palsu. Mereka berusaha menjatuhkan waibawa dengan meminta
agar Nabi Isa menunjukkan mukjizat di depan umum. Buat Nabi Isa hal itu
tentu bukan masalah berat. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT,
terciptalah seekor burung Merpati yang terbuat dari segumpal tanah.
Pada kesempatan lain, Nabi Isa menunjukkan mukjizat dengan menyembuhkan penderita Kusta, orang yang buta sejak lahir, bahkan menghidupkan orang yang baru saja meninggal. Akibatnya banyak orang berduyun-duyun minta kesembuhan. Namum hal itu tidak membuat mereka percaya kepada Nabi Isa, bahkan semakin memusuhi.
Mereka inilah yang kemudian berusaha menyingkirkan Nabi Isa, kalau
perlu dengan cara membunuhnya. Mereka terdiri dari pendeta, pemuka
masyarakat, dan orang-orang yang sepaham dengan mereka, karena dengan
kehadiran Nabi Isa rezeki mereka (yang berupa sedekah dan upeti) akan
semakin berkurang.
Bukan hanya itu, ajaran yang disampaikan oleh Nabi Isa, mereka
rasakan sebagai kritik dan hujatan terhadap perilaku mereka yang selama
ini menyimpang dari ajaran Nabi Musa AS. Apalagi ajaran Nabi Isa yang
bersumber dari kitab Injil, juga merupakan koreksi terhadap ajaran yang
sebelumnya di bawa oleh Nabi Musa AS yang selama ini telah diputar
balikkan.
Meminjam Tangan
Rupanya mata hati mereka telah buta terhadap kebenaran. Sehingga
setiap ajakan terhadap jalan kebenaran selalu di musuhi dan dilawan.
Memang tidak semua orang Yahudi menolak kenabian Isa AS, ada sejumlah
kecil yang beriman kepada Nabi Isa AS, yang disebut kaum Hawariyun, yang jumlahnya hanya 11 orang.
Bersama mereka inilah Nabi Isa AS berdakwah, berkeliling keseluruh
pelosok negeri Palestina, dari kampung ke kampung, tanpa menghiraukan
bahaya yang mengancam.
Untuk melancarkan niat busuknya menghabisi Nabi Isa, orang-orang
Yahudi meminjam tangan penguasa Romawi yang ketika itu menjajah negeri
mereka. Mereka melaporkan, Nabi Isa sengaja mengumpulkan pengikut
sebanyak mungkin untuk memberontak, mengusir tentara Romawi dari
Palestina, dan berikutnya merebut kekuasaan.
Menyadari terjadinya kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan, Nabi
Isa lebih memikirkan keselamatan Kaum Hawariyun daripada dirinya
sendiri. Maka untuk menghindari penagkapan dan penyiksaan tentara
Romawi, Nabi Isa membawa mereka menjauhi pusat-pusat kekuasaan.
Akibatnya mereka harus rela hidup terpencil di sudut-sudut negeri, tapi
tetap berdakwah. Tibalah mereka disebuah padang tandus tidak
berpenghuni, terjebak oleh alam, tidak ada sumber makanan dan minuman.
Setelah berhari-hari berada di sana dan kehabisan bahan makanan,
mereka pun kelaparan, tapi tidak bisa mencari jalan keluar. Akhirnya
mereka menghadap Nabi Isa AS. “Kalau berlama-lama tinggal disini,
darimana kita akan mendapat makanan dan minuman, padahal persediaan
bahan makanan kita sudah habis, tenaga telah terkuras, sehingga untuk
melangkah pun sulit. Apakah tuhan tidak kuasa menurunkan makanan dari
langit? Kata salah seorang diantara mereka.
Menyadari keadaan itu Nabi Isa AS tertawa, “Bertakwalah kamu kepada Allah SWT, jika kamu betul-betul orang beriman.” Tapi masalahnya bukan takwa dan iman, melainkan mereka telah terdesak oleh kelaparan. “Jika mukjizat hidangan dari langit itu nyata, kami akan lebih beriman dan bertakwa,” kata mereka serempak.” Maka Nabi Isa pun bermunajat kepada Allah SWT, sambil menengadahkan kedua belah tangannya ke langit. “Ya Allah berilah kami rezeki, karena engkaulah sang Maha Pemberi Rezeki.”
Allah Maha Mendengar, doa Nabi Isa itu dikabulkan. Allah Berfirman,
“Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, tapi barang
siapa diantara kamu kafir sesudah hidangan itu aku turunkan, aku akan
menyiksa dengan siksaan yang belum pernah aku turunkan kepada siapapun
di antara umat manusia.” Benar Allah menurunkan hidangan dari langit,
hidangan itu begitu mewah, lezat dan berlimpah, dengan aroma yang
mengundang selera. Lezatnya tak tertandingi oleh makanan apapun yang ada
di bumi. Mereka pun makan sepuas-puasnya, sambil bersyukur atas
hidangan tersebut, keimanan mereka juga semakin bertambah.
0 comments:
Post a Comment